Sabtu, 02 Januari 2010

Menara BTS Dipusatkan di Menara Jakarta

Tak dapat dipungkiri saat ini menara base tranceiver station (BTS) di DKI Jakarta sudah menyerupai hutan menara. Diperkirakan jumlahnya mencapai 3.400 menara. Karena itu, Pemprov DKI akan mengatur penempatan menara menjadi tiga pola persebaran dan menjadikan Menara Jakarta di Kemayoran, Jakarta Pusat, sebagai pusat menara BTS. Selain itu, setiap operator seluler dan provider internet juga diwajibkan memakai jaringan kabel serat optik (fiber optic network) untuk akses jaringan di dalam kota.

Menara Jakarta sangat representatif untuk dijadikan pusat menara BTS di Jakarta. Sebab, menara yang dibangun di atas lahan seluas 5,3 hektar ini merupakan sebuah pengembangan terpadu yang terdiri atas menara telekomunikasi dan penyiaran multi fungsi, dengan ketinggian 558 meter. Belum lagi, jaringan utilitasnya didukung berbagai fungsi properti sehingga menjadi sebuah destination center.

Dengan adanya sarana pendukung ini, maka manfaat umum yang bisa diberikan antara lain bisa menjadi pendukung sistem telekomunikasi dan penyiaran (antena di puncak menara sebagai shared facility) serta menjadi pusat jaringan di bidang ICT (Information and Communication Technology) yang dapat digunakan sebagai data center dan data disaster recovery center. Sedangkan, manfaat lainnya yaitu bisa menjadi sarana pendukung fungsi monitoring bagi TNI/Polri (surveillance camera di puncak menara), pusat kegiatan bisnis berkelas internasional (perkantoran, hotel, multi-purpose hall, life-style center), sebagai daya tarik pariwisata dan edutainment (observation deck, Indonesia Discovery, revolving resto.), serta membuka lapangan kerja selama masa pembangunan dan masa pengoperasian.

Karena itu, Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo, sangat mendukung pembangunan Menara Jakarta dilanjutkan kembali. Sebab, pembangunan menara ini sempat terhenti selama 10 tahun lantaran terkena krisis moneter pada tahun 1998. Seperti diketahui, ke depan Menara Jakarta ini lebih banyak berfungsi sebagai menara telekomunikasi dan penyiaran dengan menggunakan BTS dan fiber optic. “Pemprov DKI akan mendukung pembangunan Menara Jakarta, khususnya dalam segala perizinannya,” kata Fauzi Bowo saat mengunjungi Menara Jakarta di Kemayoran, Jakarta, Kamis (22/1).

Dengan adanya menara ini, diharapkan dapat mengurangi jumlah menara yang akan dibangun di Jakarta. Sebab selama ini, lanjut Fauzi, jumlah menara-menara BTS sudah melebihi kapasitas wilayah DKI Jakarta. “Pastinya Menara Jakarta akan menjadi menara utama untuk berbagai kepentingan telekomunikasi dan dapat dikombinasikan dengan rencana Pemprov DKI untuk membuat jaringan fiber optic di seluruh Jakarta. Saya kira ini sangat ideal. Kita bisa hemat infrastruktur dan kota Jakarta pasti lebih tertib,” ujar dia.

Untuk mendukung rencana pemusatan jaringan telekomunisasi di Menara Jakarta, Fauzi Bowo menandaskan, pembangunan jaringan kabel serat optik akan dipercepat. Karena itu, pada kwartal pertama tahun 2009 (Januari-Maret), Pemprov DKI tengah melakukan kajian awal dan masterplan tentang penataan jaringan kabel serat optik dan pola persebaran menara. Sehingga, ke depan, Pemprov DKI Jakarta memiliki gambaran kebutuhan jaringan tersebut dan penataan menara. Setelah kajian dan masterplan ini rampung, maka akan disusul dengan peraturan gubernur (pergub) yang akan dikeluarkan pada pertengahan tahun 2009. Sehingga, pelaksanaanya akan tepat waktu dan efisien.

Sementara itu, Direktur Proyek Menara Jakarta, Roesdiman Soegiarso, membenarkan keberadaan Menara Jakarta bisa membantu dan mendukung program Pemprov DKI dalam menertibkan menara-menara BTS di ibukota. Selain itu, Menara Jakarta bisa dijadikan sebagai pusat disaster management yaitu menjadi pusat pengamanan data saat terjadi bencana alam seperti gempa atau banjir bahkan kebakaran. “Menara ini bisa dipakai untuk broadcasting televisi, dan Pemprov DKI bisa memanfaatkannya dan mendukung program penertiban menara BTS,” kata Roesdiman.

Pembangunan menara yang menelan dana Rp 3 triliun ini ditargetkan selesai tahun 2012. Sedangkan, perkembangan pembangunan dari tahun 2004 hingga 2008 ini, terang Roesdiman, yaitu pekerjaan galian tanah dengan total volume 830.000 meter kubik, pekerjaan diaphragm-wall dengan keliling 936 meter dengan kedalaman -30 meter, pekerjaan ground-anchor mencapai 1.461 titik, dan pekerjaan pengecoran lantai kerja basement seluas area 53 hektar.

Sekadar diketahui, ide Menara Jakarta berawal pada tahun 1994 oleh Mantan Presiden RI (Alm) Soeharto dengan fungsi sebagai Menara Telekomunikasi dan Multimedia yang didukung fasilitas lain seperti mal dan ikon nasional. Kepercayaan untuk merealisasikan ide tersebut diberikan kepada Prajogo Pangestu, yang selanjutnya mengajak beberapa pengusaha lain untuk bergabung dan merealisasikan ide tersebut dengan membentuk PT Indocitra Grahabawana. Pada tahun 1995, diadakan sayembara internasional disain Menara Jakarta. ECADI (East China Architectural Design Institute) keluar sebagai pemenang. Bahkan, ECADI juga diketahui telah berpengalaman mendisain menara Oriental Pearl Tower di Shanghai.

Setelah mendapat disain menara yang dinginkan, Tahun 1996 PT Telkom, PT Indosat dan TVRI bergabung dan membentuk badan baru yaitu PT Menara Jakarta. Kemudian peresmian pembangunan proyek Menara Jakarta dilakukan pada 12 Agustus 1997 oleh Mensesneg RI, Moerdiono. Di tahun 1998, pekerjaan terhenti total akibat krisis moneter. Pada tahun 2004, dibentuk PT Prasada Japa Pamudja dan pembangunan Menara Jakarta dilanjutkan kembali secara resmi dibuka pada 15 April oleh Mensesneg RI Bambang Kesowo bersama Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar